Liputan Harian Surya: Rejeki Limbah Kayu Tak Pernah Lapuk

Liputan Harian Surya: Rejeki Limbah Kayu Tak Pernah Lapuk
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhz9pmTTDv8rWIMQxLytCkgg8epZyC9BLB6l4gGlc0qQmHqGYW0lkfOdU-uKLof1_qhZKs4zaYq9zXQXAkdElsI7bWKogQEhl3WIBcKzM_iIWWhSROgQW5J95xrZgSbgaS_t86KGO-vyOf2/s72-c/Akardewa_surya_tgl.27032011.jpg

Dengan mengandalkan kreativitas yang dimiliki, menurut Homaidi (38), warga desa Bugemen, Kecamatan Kendit ini, ternyata kayu pohon asam bisa menghasilkan produk kerajinan yang tidak kalah bagus dengan hasil kerajinan dari bahan baku limbah kayu jati.
Sebenarnya, diakui Homaidi, untuk mendapatkan bahan baku pengganti kayu jati ini juga tidak mudah. Karena ia harus mencari hingga keluar Kabupaten Situbondo.
“Saya sempat mencari-cari, akhirnya kayu pohon asam ini kami datangkan dari Pulau Madura. Sekarang lebih enak karena bahan baku kerajinan ini sudah langsung diantar sampai rumah,” ujar Homaidi, saat ditemui di rumahnya, pekan lalu.
Berbekal modal sebesar Rp 600.000, pria dua anak ini pun nekat merintis usaha kerajinan limbah kayu pada 1997 silam. “Saat itu semua pengerjaan masih menggunakan peralatan tradisional dan berjalan hingga dua tahun. Tetapi, meski memakai peralatan tradisional, hasil kerajinannya tidak kalah bagus dan indah dibanding produk yang dihasilkan menggunakan tenaga mesin,” jelasnya.
Produk yang dihasilkan dan banyak diminati antara lain, mangkok buah, vas bunga, produk peralatan rumahtangga dan meja lesehan. Harga produk kerajinan yang dipatok Homaidi bervariasi, tergantung motif dan ukurannya. Misalnya, untuk mangkok buah ukuran besar, ia berani jual Rp 70.000-85.000 per buah, sedang mangkok bintang dan tempat air mineral ditawarkan Rp 40.000.
Berkat keuletan dan kesabarannya, Homaidi yang mempekerjakan 28 karyawan itu, kini memasok secara rutin hasil kerajinannya di beberapa kota besar. “Semua produk yang saya buat diantaranya memenuhi pesanan dari Jogjakarta dan Bali,” tutur pria yang merekrut tenaga kerja dari warga sekitar dan mendatangkan pekerja dari luar kabupaten. Dalam sepekan, omzet penjualan hasil kerajinan dari kedua kota itu mencapai Rp 100 juta hingga Rp 150 juta.
Seiring berjalannya waktu dan gencarnya permintaan, Homaidi mengaku terpaksa menanggalkan peralatan tradisional dan beralih menggunakan peralatan mesin. Selain efeketif dan cepat, penggunaan peralatan modern ini diharapkan mampu memenuhi target hasil produsksinya.
“Kalau masih pakai alat tradisonal, jelas tidak mampu. Apalagai pesanan mencapai ribuan buah per bulan,” tukas Homaidi, yang berharap ada perhatian serius dari Pemkab Situbondo terhadap perajin limbah kayu.

(Liputan koran Surya kolom "Usaha Kreatif UMK Jawa Timur" pada tgl.27 Maret 2011)

Berita Terkait:

Share this product :

Posting Komentar

 
Copyright © 2019. UD. Akar Dewa Jati - All Rights Reserved